Saturday, May 16, 2015

PEMBENTUKAN TEORI AKUNTANSI (ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION)


Teori Pragmatik
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-pihak yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.
  1. Pendekatan pragmatik deskriptif
    Pendekatan pragmatis deskriptif merupakan suatu pendekatan induktif. Perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Teori ini dapat dikembangkan dari pengamatan bagaimana akuntan bertindak dalam situasi tertentu serta diuji dengan mengamati apakah pada kenyataannya akuntan melakukan apa yang dianjurkan oleh teori tersebut.
    Beberapa kritik terhadap pendekatan pragmatik deskriptif:
    1. tidak ada penilaian logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan.
    2. metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena pendekatannya tidak berujung pangkal.
    3. dengan memusatkan pada pragmatik, perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku-perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aktiva, hutang, pendapatan dll.
  2. Pendekatan pragmatik psikologis
    Pendekatan pragmatik psikologis merupakan pendekatan dalam membentuk suatu teori akuntansi yang didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output yang dihasilkan oleh akuntan. Kelemahan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output akuntan mungkin bereaksi secara tidak logis, sedang yang lain mungkin memilik respon khusus yang sudah mereka lakukan sebelum laporan tersebut diterbitkan. Yang lainnya lagi mungkin tidak bereaksi walau mereka seharusnya bereaksi.
Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang memebentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi,dan pedoman penyusunan laporan.

Teori Semantik
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi (elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.

 


Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3 komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris yang diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan faktor berikut ini:
•    pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.
•    pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
•    evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
•    pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
•    evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
•    evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran perusahaan.
•    pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merumuskan prosedur dan aturan.
•    perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan pelaporan informasi yang relevan.

 

Teori Normatif
Teori normatif yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan nilai yang mengandung minimum sebuah premis. Teori ini berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Teori normatif sering disebut sebagai teori a priori (dari sebab ke akibat) yang menggunakan penalaran deduktif dan dihasilkan bukan dari penelitian empiris tetapi hanya sebatas semi research. Teori ini hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana seharusnya akuntansi dipraktekkan tanpa menguji hipotesis itu.
Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Teori ini disebut juga teori pengukuran akuntansi. Teori normatif didasarkan pada anggapan berikut:
  1. akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran
  2. laba dan nilai dapat diukur secara tetap
  3. akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
  4. pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi)
  5. akuntansi konvensional tidak efisien
  6. ada beberapa pengukur laba yang unik.
Meskipun demikian, anggapan tersebut jarang diuji melalui penelitian empiris. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal dan merekomendasikan penggantian sistem akuntansi kos historis.

Teori Positif
Teori positif mulai berkembang pada tahun 1970-an. Positivisme atau empirisme berarti menguji atau menghubungkan hipotesis akuntansi dengan praktik sebenarnya. Teori positif menggambarkan, menjelaskan, atau memprediksi fenomena yang diamati seperti mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan.
Teori akuntansi positif dikelompokkan menjadi dua tahap (Godfrey at al, 1997 dalam Anis dan Iman, 2003 dalam Indira Januarti 2004) sebagai berikut:
  1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal
  2. Penelitian untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan memilih metode akuntansi tertentu atau pada alasan efisiensi.
Pendekatan Naturalistik
Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai, pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.
Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:
  1. Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal
  2. Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.
Pendekatan naturalistik dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan langsung studi kasus secara mendetil, tanpa menitikberatkan pada analisis matematis, tes statistik, survey, ataupun tes laboratorium. Karena pendekatan dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian akan sulit untuk digeneralisasi. Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalistik adalah cara yang tepat untuk menghadapi perbedaan asumsi ontologi.

Perbandingan penelitian ilmiah dan naturalistik
Penelitian ilmiah
Penelitian naturalistik
Asumsi Ontologi
  • Melihat realita secara objektif dan konkret (berwujud)
  • Melihat akuntansi sebagai objek.
  • Melihat realita sebagai hasil konstruksi sosial dan imajinasi manusia
  • Melihat akuntansi sebagai konstruksi.
Pendekatan Epistemologi
  • Pengembangan pengetahuan secara sedikit demi sedikit
  • Reduksionisme (realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis entitas atau substansi)
  • Pengujian hipotesis individu
  • Hukum yang dapat tergeneralisasi
  • Holistik (realita sebagai sesuatu yang utuh, bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah
  • Kompleksitas dunia tidak bisa dipecahkan melalui reduksionisme
  • Hukum tidak dapat direduksi
Metodologi
  • Terstruktur
  • Menggunakan dasar teoritis sebelumnya
  • Validasi empiris atau ekstensi
  • Tidak terstruktur
  • Tidak ada dasar teoritis sebelumnya
Metode
  • Model formulasi sintaksis (prinsip pembuatan kalimat)
  • Hipotesis dibuat berdasarkan induksi empiris
  • Penggunaan metode statistik yang sesuai
  • Studi kasus
  • Eksplorasi yang fleksibel
  • Mengalami peristiwa

 
Aplikasi pendekatan ilmiah
Orang akan lebih percaya pada suatu pernyataan apabila didukung oleh bukti empiris yang objektif daripada pernyataan yang hanya berasal dari rasionalisasi. Akuntan yang mendukung pendekatan ilmiah ingin adanya bukti empiris dan penjelasan yang logis untuk mendukung praktik akuntansi, sehingga para praktisi dapat memberi rekomendasi kebijakan yang tepat dalam kondisi tertentu.
Kesalahpahaman aplikasi pendekatan ilmiah pada akuntansi :
  1. Aplikasi pendekatan ilmiah berusaha untuk menciptakan ilmuwan(scientist) dari praktisi akuntansi
  2. Pendekatan ilmiah dalam akuntansi dianggap sebagai sebuah pencarian kebenaran mutlak (absolute truth)

No comments:

Post a Comment